Perjudian, terutama dalam bentuk online, semakin marak dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah peran media — baik tradisional maupun digital — yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi pada normalisasi perjudian di tengah masyarakat.
Normalisasi di sini berarti bahwa perjudian tidak lagi dipandang sebagai aktivitas berisiko atau bermasalah, melainkan dianggap biasa, wajar, bahkan keren dan menguntungkan.
Tapi bagaimana media berperan dalam proses ini? Apakah perannya positif, netral, atau justru memperburuk keadaan? Artikel ini akan mengulas secara kritis bagaimana media membentuk persepsi publik tentang perjudian.
1. Eksposur Berlebihan Melalui Iklan
Salah satu bentuk paling nyata dari peran media dalam normalisasi judi adalah iklan yang masif dan berulang, baik di TV, internet, media sosial, maupun platform streaming.
Ciri-ciri umum iklan perjudian yang menormalisasi:
- Menampilkan suasana glamor dan menyenangkan
- Memperlihatkan kemenangan besar dan ekspresi bahagia
- Menggunakan selebritas, influencer, atau atlet terkenal sebagai duta
- Mengasosiasikan judi dengan kesuksesan, keberanian, atau gaya hidup keren
Semakin sering masyarakat melihat ini, semakin tumpul pula sensitivitas terhadap risiko dan dampak negatif perjudian.
2. Liputan Media yang Tidak Seimbang
Beberapa media memberitakan perjudian hanya dari sudut pandang:
- Teknologi baru di balik kasino online
- Pertumbuhan ekonomi dari industri judi
- Kisah sukses pemain yang menang besar
Jarang sekali media menyoroti:
- Kisah penderitaan karena kecanduan
- Dampak judi terhadap keluarga, pendidikan, dan kesehatan mental
- Korban penipuan atau manipulasi sistem perjudian
Akibatnya, publik lebih mengenal “sisi glamor” dibanding “sisi kelam” perjudian.
3. Media Sosial dan Influencer
Di era digital, media sosial berperan besar dalam membentuk opini dan perilaku anak muda. Sayangnya, banyak konten yang:
- Menampilkan streamer bermain slot atau taruhan secara live
- Memberi link afiliasi ke situs judi
- Memamerkan hasil kemenangan (tanpa menampilkan kekalahan)
Tanpa edukasi atau disclaimer, generasi muda bisa terpengaruh dan menganggap judi online sebagai hiburan biasa, bahkan sebagai cara menghasilkan uang.
4. Minimnya Filter Konten untuk Usia Muda
Banyak media online tidak menyaring konten judi berdasarkan usia pengguna. Bahkan konten dengan tema perjudian bisa muncul di:
- Aplikasi game untuk anak-anak (misalnya, elemen “loot box”)
- Video YouTube tanpa batasan usia
- Situs berita atau hiburan umum
Tanpa pengawasan, anak-anak dan remaja bisa menyerap informasi tersebut sejak dini dan terbentuk persepsi bahwa judi adalah hal wajar dan normal.
5. Bahasa dan Narasi yang Menyesatkan
Media sering menggunakan istilah-istilah yang memperhalus atau menyamarkan aktivitas perjudian, seperti:
- “Permainan keberuntungan”
- “Game seru berhadiah”
- “Investasi peluang”
Penggunaan bahasa ini bisa membingungkan masyarakat awam, dan menjadikan perjudian tampak seperti aktivitas ekonomi biasa, bukan aktivitas berisiko.
6. Kurangnya Kampanye Edukasi Publik
Sebagian besar media tidak aktif mengedukasi tentang bahaya perjudian. Dibandingkan dengan iklan, sangat sedikit ditemukan:
- Artikel atau tayangan yang membahas dampak judi
- Konten yang memuat informasi bantuan untuk pecandu judi
- Liputan investigatif terhadap praktik manipulatif dalam industri judi
Padahal, media punya peran penting sebagai agen informasi yang berimbang dan bertanggung jawab.
7. Peran Media Alternatif dan Jurnalisme Independen
Di sisi lain, ada pula media dan jurnalis yang kritis terhadap perjudian, misalnya:
- Menelusuri keterlibatan tokoh publik dalam promosi judi ilegal
- Menyoroti dampak judi terhadap masyarakat miskin
- Menggali kebijakan pemerintah terkait regulasi perjudian
Namun sayangnya, jenis liputan ini masih kalah populer dan jarang muncul di arus utama.
Kesimpulan
Media memainkan peran penting dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap perjudian. Ketika yang ditonjolkan hanya sisi hiburan dan kemenangan, masyarakat akan menganggap judi sebagai hal yang normal dan aman.
Oleh karena itu, media seharusnya tidak hanya menjadi corong promosi, tapi juga penjaga etika informasi, yang:
- Memberikan edukasi risiko secara seimbang
- Melindungi kelompok rentan, seperti anak-anak dan remaja
- Mengungkap dampak sosial dan psikologis dari perjudian
Dengan tanggung jawab yang tinggi, media dapat membantu menciptakan masyarakat yang melek risiko, cerdas secara digital, dan tidak mudah terjebak dalam glamor palsu perjudian.